“Woow, makin seger nich setelah libur lebaran” sapaku pada kolega tadi pagi
“Iya nich, puasa turun dua kilo, lebaran naik 5 kilo” jawabnya sambil tertawa
Sebuah kejadian yang umum, rata-rata kita mengalami penurunan berat badan saat puasa, karena waktu dan porsi makan yang berubah, gerak badan berkurang, bahkan bisa-bisa olahraga terhapus dalam jadwal harian. Namun penurunan berat badan ini biasanya tidak bertahan lama, karena begitu lebaran tiba, jadwal makan enak dan berlemak bertebaran selama seminggu bahkan bisa lebih. Dan sayangnya, kebiasaan kita sebulan makan teratur selama puasa akan terhapus dalam seminggu, bahkan eloknya lagi dosis makan menjadi berlipat-lipat….mungkin karena menu yang tersaji memang menggoyang lidah ya….yaach….akibatnya berat badan yang turun selama puasa menjadi naik kembali bahkan melebihi bobot sebelum puasa seperti yan dialami kolegaku tersebut.
Kini, seminggu setelah lebaran aktivitas telah kembali normal, bahkan beberapa instansi sudah mulai masuk 4 hari lalu, saatnya untuk mengatur kembali aktivitas normal, dengan sedikit target mengembalikan berat badan kembali ke bobot normal/sebagaimana sebelum puasa, syukur-syukur bisa langsing sesuai impian.
Namun meski punya target menurunkan berat badan, kita harus menjaga agar olah raga tidak berlebihan atau overtraining.
Sebenarnya berapa sich dosis yang tepat untuk berolah raga, atau adakah ukuran yang tepat untuk mengatakan cukup dan kita berhenti berolahraga saat itu. Menurut DR Suhantoro,Dokter olahraga yang sudah malang melintang menangani PSSI dan KONI, cara yang aman adalah mengukur denyut nadi maksimal (DNM). DNM adalah denyut nadi maksimal yang dihitung berdasarkan rumusan DNM = 220 – Umur, kemudian dikalikan dengan intensitas membakar lemak 60-70 persen DNM.
DR Suhantoro mencontohkan orang yang berusia 40 tahun maka DNM saat ia berolahraga adalah 220 – 40 = 180. Kemudian angka 180 dikalikan dengan 60 persen untuk batas ringan dan 70 persen untuk batas atas yang hasilnya 108-126 per menit.
Dengan mengetahui denyut nadi tersebut, maka orang yang berusia 40 tahun harus berhenti sejenak dari olahraganya ketika denyut nadinya sudah melampaui 126 per menit. Jika masih dipaksakan yang terjadi adalah kram jantung yang membuat serangan jantung.
Dr Hendrawan Nadesul dalam bukunya Sehat itu murarh, menuliskan bahwa untuk meraih kecukupan aerobic berada diantara 65-80% dari target (220 – umur). Sedikit berbeda dengan DR Suhantoro yang memberi range 60 – 70%. Tetapi tidak masalah yang penting seberapun target penurunan berat badan setelah lebaran, olah raga kita harus tetap dalam takaran yang pas.
Selamat menurunkan berat badan
Filed under: gaya hidup sehat, kebugaran, kesehatan